11 Januari 2009

Pertemuan

Disatu acara, Tiwi bertemu dengan sosok laki-laki tampan yang menatapnya dengan tajam. Tiwi berusaha menenangkan debaran jantungnya setiap kali mata mereka saling bertemu pandang. “Siapa dia ya?” pikir Tiwi.
Masih terpana dengan sosok laki-laki bermata elang, tiba-tiba, Tiwi dikejutkan dengan kehadiran temannya yang tanpa dia sadari sudah ada disampingnya.
“Hai, aku cari-cari dari tadi ternyata kamu ada disini” Sapa Henry kawan lamanya.
“Aku mau kenalin kamu sama seseorang. Ayo, kok malah bengong disini, kamu sembunyi dari siapa sih? Kamu kan penanggung jawab acara ini, masa malah ada dipojok kaya gini” Seloroh Henry sambil menggandeng tangan Tiwi.
Sementara Tiwi masih sibuk dengan pikirannya tentang laki-laki tampan bermata elang tadi.
Dengan setengah hati Tiwi mengikuti langkah Henry yang memaksa dia untuk bertemu dengan temannya. Tersentak hati Tiwi karena ternyata dia dibawa kehadapan siempunya mata Elang itu.
“Ya Tuhan, apakah ini orang yang mau dikenalkan Henry denganku”Jerit Tiwi dalam hati. Entah apa yang tampak diwajah Tiwi saat itu karena perasaannya sudah tidak menentu.
“Boy, Kenalkan ini Tiwi, Tiwi kenalkan ini Boy”Suara Henry seakan memecahkan kebisuan mereka yang saat itu hanya saling menatap.
“Halo, senang berkenalan dengan kamu”Sapa Boy sambil mengulurkan tangannya.
“Sama-sama, aku juga” Cuma itu yang bisa diucapkan Tiwi sambil menyambut jabat tangan Boy.
Entah apa yang terjadi, Tiwi merasakan ada sesuatu yang mengalir saat mereka berjabat tangan. Dengan segera Tiwi melepaskan tangan Boy seiring dengan terdengarnya suara Henry.Ternyata apa yang dirasakan Tiwi saat itu juga dirasakan oleh Boy.
“Oh tenyata dia yang namanya Tiwi, pantes aku dari tadi cuma tertarik sama wanita yang satu ini, dia cantik tapi seperti ada sesuatu yang dia sembunyikan dalam hidupnya.” Pikiran Boy terus bekerja sambil menatap Tiwi, tak lupa Boy melemparkan senyumannya untuk Tiwi.
“Wi, Boy ini seorang senior fotografer, makanya aku sengaja undang dia di pameran yang kita adakan ini.” Dengan bangganya Henry mempromosikan temannya itu.
”Tapi, kamu jangan sekali-kali berani naksir sama dia, karena dia sudah ada yang punya, .”Seperti ditampar oleh kata-kata Henry pipi Tiwi memerah saat itu, Tiwi cuma tersenyum.
“Hai, aku Cuma bercanda, kok kamu diam aja sih! Jangan marah dong...Pleases! Henry mencoba mencairkan suasana yang kaku saat itu.
“Kamu bercanda aja sih Hen, jadi nggak nih, ngomongin masalah kerja sama kita sama Tiwi”Boy mencoba mengingatkan Henry tentang tujuan mereka bertemu Tiwi.
“Oke bos, begini Wi, sebelumnya aku minta maaf karena sudah berani menceritakan sedikit tentang kamu sama Boy, tanpa minta ijin dulu sama kamu. Tapi percaya deh Wi, maksudku baik kok. Makanya Boy bermaksud mengajak kamu untuk bekerja sama dengan dia, kebetulan dia juga sering mengadakan pameran, atau acara-acara lainnya. Jadi kamu mau nggak gabung sama dia?, untuk mengurusi masalah-masalah teknisnya, kan itu memang bidang kamu Wi” Henry mencoba memberi penjelasan sekaligus pertanyaan pada Tiwi.
“Tapi aku kan masih belajar, dan masih banyak kekurangan, masih banyak yang aku nggak mengerti dibidang ini. Apa nggak terlalu berlebihan kalau aku diminta gabung dengan seseorang yang sudah expert seperti kamu Boy?” Tiwi mencoba merendah.
“ Hai...Kita semua masih belajar kok, kenapa kita nggak coba belajar sama-sama mungkin hasilnya akan lebih baik”Seakan sudah kenal lama Boy mencoba akrab dengan Tiwi.
“Oke, akan aku pikirkan..Nanti aku kasi kabar deh! Aku harus kabarin kemana jawaban aku nanti?”Tanya Tiwi, sambil memberanikan diri menatap mata Elang milik Boy.
“Hai, Aku boleh tahu nomor telepon kamu Kan?” Tanya Boy sambil melemparkan senyuman manisnya untuk Tiwi.
Tanpa sengaja Tiwi melihat sepasang lesung dipipi Boy, makin terasa ada getar aneh yang mengalir dalam dirinya.
“Eeeemh boleh, boleh” Dengan gugup Tiwi pun menjawab pertanyaan Boy tadi dan segera menyebutkan nomor teleponnya.
Boy pun dengan cepat menyalin nomor itu ketelepon genggamnya, dan memberikan kartu namanya untuk Tiwi.
Itulah kisah pertemuan singkat antara Tiwi dan Boy.Sejak itu mereka sering berkomunikasi dan sering terlihat bersama karena mereka sering mengadakan acara di bidang Fotografy, sesuai dengan tujuan awal mereka bertemu.
Walaupun sejak awal ada perasaan aneh yang selalu mengganggu hati Tiwi jika dia dan Boy berdekatan. Tetapi semua itu dia coba buang jauh-jauh dari pikirannya. Karena Tiwi tau semua itu tidak ada gunanya dan cuma akan menyakiti hatinya lagi.
Tapi tanpa mereka sadari kedekatan mereka akhirnya menumbuhkan keterikatan satu dengan yang lainnya.Boy tidak bisa melakukan apa-apa, kalau Tiwi tidak hadir dikantornya, begitupun Tiwi dia tidak akan bisa melakukan pekerjaan tanpa didampingi oleh Boy. Kadang mereka suka menghabiskan waktu bersama-sama untuk berdiskusi tentang banyak hal. Dari masalah pekerjaan sampai masalah yang pribadi, kadang Tiwi suka bercerita tentang masalah yang dia hadapi dalam hidupnya. Boy juga kadang suka bercerita tentang apa yang dia hadapi di dalam kehidupan pribadinya.
Mereka mencoba membedah semua persoalan-persoalan itu dengan pemikiran yang objektif. Tapi tanpa mereka sadari sudah tumbuh sesuatu diantara mereka, ketertarikan satu dengan lainnya juga rasa selalu ingin bersama yang akhirnya bermuara pada rasa sayang dan Cinta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar